Bukankah intuitif bahwa ruang kelas menggunakan alat serupa untuk melibatkan pelajar seiring dengan semakin banyaknya tempat kerja yang beralih ke pertemuan dan diskusi online? Jika terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar jelas buruk, apakah orang tua kita melarang kita membaca karena terlalu banyak membaca menyebabkan miopia?
Oleh karena itu, menghilangkan e-learning dalam konteks ini bukan hanya merupakan tindakan yang picik, namun juga naif. Masalahnya bukan bagaimana, kapan, dan di mana platform digital digunakan untuk melengkapi perjalanan belajar anak-anak kita.
Pertanyaannya kemudian adalah pendekatan apa yang masuk akal dan bijaksana dalam menerapkan alat-alat ini ke dalam rumah dan ruang kelas kita. Bahkan jika kita sendiri sedang dalam proses memahami bagaimana melakukan hal ini, satu hal yang pasti – kita perlu berhenti menganggap pembelajaran online dan offline sebagai dua bidang yang terpisah, dan menghasilkan pendekatan pembelajaran yang koheren dan komprehensif yang mempertimbangkan hal ini. realitas sosial yang baru.
Di dunia di mana makanan, belanja, dan hiburan berada di ujung jari kita, memberi tahu anak-anak kita untuk menghindari perangkat seluler berarti melakukan apa yang saya katakan, bukan seperti yang saya lakukan. Tentunya kita tidak bisa membiarkan nostalgia kita terhadap pensil dan kertas mengabaikan keniscayaan akan apa yang akan terjadi dalam pendidikan dan pembelajaran di dunia digital.
KETERLIBATAN MASIH HARUS MANUSIA
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa platform digital hanyalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk suatu tujuan.
Teknologi tidak dapat menjadi obat mujarab bagi pendidikan yang menyeluruh dan memiliki dasar yang kuat, dan tentu saja teknologi tidak akan mampu memastikan bahwa anak-anak kita mengembangkan kecintaan terhadap belajar.
Komputer dan aplikasi tidak dapat memikul tanggung jawab yang sepenuhnya berada di tangan orang tua dan pendidik.
Sisi positif dari teknologi digital sering kali adalah bagaimana teknologi ini mendorong pendekatan pembelajaran yang kurang mendidik dan lebih eksploratif melalui komunikasi dan kolaborasi.
Halaman media sosial tempat siswa dapat berbagi informasi terkait kursus dan menambah rangkaian diskusi, jajak pendapat kelas bagi guru untuk mendapatkan wawasan cepat tentang keterlibatan dan pemahaman siswa, dan dokumen online langsung untuk pembuatan catatan dan pengeditan kolaboratif adalah beberapa contoh di mana teknologi seluler, dengan pemikiran dan perencanaan yang matang, dapat digunakan secara efektif untuk pendidikan.
Manfaat selanjutnya terletak pada bagaimana teknologi dapat membantu mendorong partisipasi. Jika pelajaran di sekolah dibatasi oleh waktu, alat seperti papan online memungkinkan diskusi dan debat melampaui jam kelas dan sekolah. Individu yang sukses masih dapat memperoleh tanggapannya melalui jajak pendapat atau formulir online.