Terakhir, empati adalah keterampilan penting yang perlu dikembangkan oleh anak kecil.
Kamus Merriam-Webster mendefinisikan empati sebagai “tindakan memahami, menyadari, peka terhadap, dan mengalami perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain baik di masa lalu maupun masa kini”. Hal ini menunjukkan perlunya memahami pemikiran dan respons emosional orang lain dengan terlebih dahulu menerima seseorang apa adanya dan menghargai pengalamannya terhadap suatu peristiwa atau fenomena.
Empati mengundang dialog dan merupakan batu loncatan menuju pemahaman identitas yang sehat, dengan menekankan bahwa ada banyak cara untuk menjadi dan bertindak. Namun, agar anak dapat menguasainya, hal ini memerlukan demonstrasi dan penguatan oleh orang dewasa dan teman sebaya yang lebih tua yang sering berhubungan dengan anak tersebut.
Latihan juga merupakan kuncinya, agar anak dapat terhubung dengan siapa pun. Pemahaman dasar tentang empati sudah ada, dan hanya perlu dibangun dan diperluas ke dalam percakapan tentang keberagaman. Misalnya, anak-anak yang menghibur teman sebayanya ketika ia terjatuh sudah menunjukkan kemampuan untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain.
Untuk mengembangkan hal ini, orang tua dapat meminta mereka untuk mengartikulasikan bagaimana perasaan atau pemikiran karakter ketika, misalnya, mereka membaca cerita atau menonton acara televisi bersama. Dengan cara ini, anak mengembangkan kebiasaan memahami peristiwa dan orang dari berbagai sudut pandang.
Saat kita membantu anak-anak kita memahami dunia, kita mungkin juga diingatkan akan kekuatan Singapura dalam keberagaman dan cara peduli satu sama lain sebagai masyarakat inklusif.
Bagaimanapun, ini adalah pelajaran yang tidak akan pernah berhenti kita pelajari.
Dr Mercy Karuniah Jesuvadian adalah dosen di Kelompok Akademik Pendidikan Anak Usia Dini dan Kebutuhan Khusus di Institut Pendidikan Nasional di Universitas Teknologi Nanyang.
Ini adalah komentar kedelapan dalam seri Channel NewsAsia tentang pembelajaran dan pendidikan.
Baca komentar pertama mengenai apakah sekolah di Singapura harus mengadopsi buku teks digital di sini.
Baca komentar kedua tentang bagaimana guru di Singapura harus menangani masalah ras di kelas di sini.
Baca komentar ketiga apakah si kecil membutuhkan kelas pengayaan yang mahal di sini.
Baca komentar keempat tentang perjuangan orang tua dalam memilih sekolah yang baik untuk anaknya di sini.
Bacalah komentar kelima mengenai peran yang harus dimainkan orang tua pada masa prasekolah anak mereka di sini.
Baca komentar keenam tentang apakah semangat dan kesabaran merupakan kualitas yang cukup dari seorang guru prasekolah yang ideal di sini.
Bacalah komentar ketujuh mengenai apakah pendidikan tinggi swasta merupakan pilihan ‘kesempatan kedua’ di Singapura di sini.